Kutarik napas dalam-dalam.
Air mata menetes di pipiku, dari setetes, terus menjadi semakin banyak sampai tidak tertahankan.
Dadaku terasa sangat penuh. Sesak. Sakit. Sedih.
Badanku terasa sangat dingin. Pikiranku kalut.
Ingin aku berteriak sekencang-kencangnya, namun tidak ada suara yang mampu keluar dari tenggorokanku.
Kupeluk diriku sendiri dan menunduk dalam-dalam. Kututup mataku, berharap ketika kubuka mata ini, aku terbangun dan ternyata semua ini hanya mimpi.
Namun kenyataannya, ketika kubuka mata, aku masih duduk sendirian disini. Di restoran yang kosong ini.
Seorang pelayan memberikan air putih untukku. Namun aku tidak memiliki energi untuk bereaksi, hanya terus menangis tanpa henti.
Tak sanggup aku untuk berpikir, apa yang seharusnya kukatakan, kulakukan, kupikirkan, kurasakan.
Aku hanya merasakan sakitnya hati ini, yang menjalar ke seluruh bagian tubuhku.
Kepalaku terasa sangat sakit seperti ditusuk sepuluh pisau di seputarannya.
Lengan dan kakiku kaku dan berat sekali.
Perutku melilit dan sakit dalam waktu bersamaan.
Dan masih saja tak dapat aku hentikan tangisan deras tanpa suara dari diri ini.
Tanpa kusadari kamu sudah kembali duduk di hadapanku. Menatapku dengan tatapan yang tidak pernah kulihat sebelumnya.
Tatapan sangat sedih… bukan lagi tatapan hangat penuh cinta yang biasa kamu berikan untukku.
Namun tatapan itu membuatku merasa sangat mual sampai muntah di hadapanmu.
Seorang pelayang tergopoh-gopoh membersihkan muntahanku. Membuatku merasa tidak enak sekali. Namun tidak ada kata yang terucap. Aku hanya bisa kembali menunduk menangis.
Andai saja aku tahu kamu mengajakku kesini untuk menceritakan hal ini. Aku tidak akan sudi melangkahkan kaki kesini.
Kenapa kamu tidak terus berbohong saja dan membiarkanku hidup dalam kebahagiaanku? Meskipun semu, tapi tidak ada sakit yang kurasakan seperti yang kurasakan sekarang ini.
Kucoba untuk menatap wajahmu lagi, namun hal itu membuatku sangat marah sekali.
Aku muak melihat wajahmu! Wajah yang aku sayangi dan rindukan selama sepuluh tahun terakhir ini.. Sekarang terlihat sangat mengesalkan dan menjijikan!
Kenapa sih kamu harus mengatakan semua ini kepadaku? Hari ini? Tiga hari sebelum hari pernikahan kita?
Kenapa kamu harus membatalkan pernikahan kita sekarang? Kenapa kamu harus memberitahuku semua ini?
Kenapa kamu dan dia, sahabatku sejak kecil, tega bertemu diam-diam di belakangku? Bercumbu mesra ketika kalian tahu hal itu akan sangat menyakitiku?
Dan kenapa sih kalian sangat bodoh sampai hubungan menjijikan itu membuat dia hamil dengan anakmu?
Bukankah kita sudah berencana akan memiliki anak-anak kita sendiri? Kenapa kamu tega untuk berbuat itu dengan dia sementara kamu juga merencanakan pernikahan denganku?
Tidakkah terpikirkan perasaanku ketika kalian melakukan semua itu?
Kamu, kekasih yang kupikir mencintaiku. Dan sahabatku, yang kupikir selalu mendukungku.
Kamu pun terus menangis. Entah apa yang kamu rasakan. Aku masih cinta kamu, kamu tahu itu. Tapi kamu juga pasti tahu, ini terlalu menyakitkan untukku.
Kukuatkan diriku dan kuambil napas panjang lagi. Kupejamkan mata untuk sesaat, berdiri, dan melangkahkan kaki dari restoran itu.
Selamat tinggal, sayang.
#30DWC #30DWCJilid25 #Day19
Categories: 30DWC
dewimayangsari
Hello - I love writing random stuff from fiction to mental health to relationship to productivity to travel stories. Hope you can enjoy my writings! :)
Leave a Reply