Menu Home

Balas Dendam Malia

Aku dendam sekali sama Bunda!

Sudah berkali-kali Bunda berjanji akan membelikanku boneka baru kalau aku bisa dapat nilai sempurna di ulangan di sekolah. Ini sudah 10 kali aku dapat nilai ulangan 10, satu boneka pun masih belum dibelikan juga oleh Bunda!

Aku sudah bosan sekali dengan boneka usang yang kumainkan sejak bayi. Boneka yang terbuat dari kaos kaki bekas mendiang Ayah, yang dibuatkan oleh Ayah ketika aku masih bayi. Tapi Ayah kini sudah tidak ada, dan Bunda sepertinya terlalu sibuk mencuci pakaian tetangga untuk beristirahat sekejap saja dan membuatkanku boneka.

Aku benci sekali sama Bunda!

Terus menerus mengecewakanku seperti ini. Ingin sekali aku membalas Bunda yang terus berbohong kepadaku.

Pokoknya aku harus balas dendam sama Bunda.

Teman sekelasku saja cerita, dia dapat nilai 8 sekali dalam ulangan matematika, Mamanya langsung membelikan mainan kesukaannya yang sebenarnya dia sudah punya juga di rumah.

Tapi aku, selalu nilai sempurna, tapi satu boneka pun tidak kunjung juga dibelikan!

Aku pun menyusun rencana.

Pokoknya, ulangan selanjutnya, aku akan dapat nilai nol saja.

Aku mau balas dendam sama Bunda dan janji-janji palsunya.

Meskipun ulangan selanjutnya adalah pelajaran IPA, yang mana pelajaran favoritku dan yang paling aku kuasai. Tapi aku akan sengaja mengisinya dengan jawaban yang salah saja. Biar Bunda tahu rasa.

Pagi itu pokoknya aku bertekad untuk membalaskan dendamku. Sudah kuniatkan untuk mengisi ulanganku hari itu dengan asal-asalan saja.

Sudah beberapa hari ini aku pun tidak bicara sama Bunda. Biar saja, biar dia tahu aku ini marah sekali.

Dengan santai kunikmati nasi goreng sarapanku. Nasi goreng yang sangat enak buatan Bunda. Seperti biasa, sarapanku nasi goreng saja. Tidak pakai kerupuk apalagi telur dan ayam. Kata Bunda, itu makanan orang kaya. Kami hanya makan telur paling sering seminggu sekali. Kalau ayam dan lauk-lauk lainnya sih aku belum pernah coba. Tapi paling juga rasanya sama saja dengan kerupuk.

Tiba-tiba Bunda menghampiriku.

“Malia sayang, lihat Bunda punya apa untuk Malia.”

Sambil tersenyum Bunda mendekatiku dengan tangan tersembunyi di belakang punggungnya.

Aku sebenarnya penasaran apa itu, tapi aku masih marah sama Bunda, jadi kudiamkan saja dan terus makan.

Bunda pun membuka tangannya dan mengulurkan sesuatu kepadaku.

SEBUAH BONEKA!

Aku sangat bahagia sekali sampai beranjak berdiri seketika dan hampir tersedak dari nasi goreng yang sedang kukunyah!

Mataku seperti hampir keluar dan jantungku berdebar saking bahagianya! Benarkah yang kulihat ini?!

“BUN! Ehm, BUNDA!” Kucoba untuk berkata namun nasi goreng ini masih memenuhi mulutku.

“Sebentar nak, minum dulu.” Ujar Bunda sambil menyodorkan segelas air putih kepadaku.

Kuminum semuanya dengan tergesa-gesa.

“BUNDA! Ini beneran untuk aku? BENERAN BUNDA AKU GA MIMPI?” Teriakku dengan tak percaya dan sangat bahagia.

Bunda pun tersenyum. Buliran air mata mengalir di pipinya.

“Iya, Malia sayang, ini untuk kamu, nak.” Jawabnya sambil mengelus-elus rambut pendekku.

Kutatap boneka kuning di hadapanku.

Winnie The Pooh.

Aku mengenalinya dari buku-buku cerita yang kubaca di sekolah. Kami tidak mempunyai TV, tapi kata teman-temanku, ada film kartun juga yang menceritakan petualangan Winnie dan teman-temannya.

Kupingnya dipenuhi jahitan, sepertinya tadinya sobek kemudian dibenarkan oleh Bunda.

Badannya sudah berwarna kecoklatan namun wangi sabun. Mungkin dia ditemukan Bunda di jalan kemudian dicuci sebelum diberikan kepadaku.

Apapun itu, aku bahagia sekali akhirnya memiliki boneka lain selain si boneka kaos kaki.

“Bun, boleh Malia kasih nama Winnie?” Tanyaku penasaran.

“Boleh dong sayang,” ujar Bunda sambil mencium keningku.

Kemudian Bunda menangis lagi. Entah kenapa. Heran aku sama Bunda, ini kan saat membahagiakan. Kok malah menangis.

Aku tidak suka sekali melihat Bunda menangis. Itu mengingatkanku ketika Bunda tak berhenti menangis ketika Ayah meninggal dunia.

Ayah dulu supir becak yang indah sekali. Ayah sering mengajakku berjalan-jalan dengan becaknya. Angin sepoy-sepoy menyapa wajahku setiap sore Ayah mengajakku jalan-jalan.

Sampai suatu hari, ada banyak polisi menyampaikan berita kalau becak Ayah tertabrak truk dan Ayah meninggal dunia. Ibu berteriak sangat histeris saat itu, aku hanya kebingungan dan tidak percaya. Mereka bilang Ayahku meninggal dunia, tapi aku tidak melihat tubuhnya tidak bernyawa. Pasti mereka bohong, pikirku. Pasti sebenarnya Ayah masih hidup tapi entah dimana.

Setiap hari setelah itu Bunda terus menangis. Pagi siang malam, Bunda terus menangis. Meskipun lama-lama Bunda hanya menangis tengah malam saja.

Bunda pikir aku tidak tahu, padahal sebenarnya aku pura-pura tidur saja. Aku tahu Bunda terus menangis. Jadi, aku berdoa setiap hari agar Tuhan mengembalikan Ayah agar Bunda tidak menangis lagi.

Namun Ayah tidak pernah kembali dan Bunda juga terus menangis. Bunda baru berhenti menangis setelah bertahun-tahun kemudian. Tapi Bunda jadi sibuk mencuci pakaian tetangga, siang dan malam sampai tidak punya waktu untukku lagi. Aku pun tidak suka itu.

Dan sekarang, ketika kulihat Bunda menangis lagi, perasaan tidak suka itu datang kembali. Aku lebih suka Bunda yang terus tertawa setiap saat. Meski hal itu terkadang menyebalkan, karena pada saat aku lagi serius pun, Bunda suka tertawa. Katanya aku lucu. Padahal aku sangat serius.

Kupandangi Bunda yang masih menangis dan boneka Winnie yang ada di genggamanku.

Bagaimana kalau nanti malam Bunda mulai menangis lagi?

Dengan berat hati aku pun harus mengambil keputusan.

“Bunda, ini Winnie buat Bunda aja deh. Biar Bunda ga nangis lagi.” Ujarku sambil menyodorkan boneka yang sesaat lalu sangat kuimpi-impikan.

Tapi, Bunda malah menangis lebih keras lagi.

Aduh, aku bingung sekali!

“Bunda,” Ujarku sambil memaksakan Winnie ke pelukannya.

“Udah Bunda ambil aja.” Ucapku lagi.

Tapi, Bunda tidak berhenti menangis.

Bunda pun mendekat dan memeluk erat tubuhku.

Aku tidak paham kenapa.. Tapi pelukan Bunda terasa hangat sekali…

“Maafkan Bunda ya nak..” Ujar Bunda lirih.

Aku tidak paham lagi. Apa sih Bunda ini!

Tapi ketika aku memeluk balik tubuh Bunda yang dingin dan kurus kering, perlahan-lahan tangisan Bunda terhenti.

Oh, ternyata Bunda maunya dipeluk olehku! Bukan Winnie!” batinku, sedikit bahagia karena berarti Bunda tidak perlu Winnie, dan aku bisa menyimpan Winnie untuk diriku sendiri.

“Bun, kalau Bunda suka dipeluk Malia, nanti Malia peluk Bunda tiga kali sehari yah. Tapi Winnie jadinya buat Malia yah.”

Bunda pun menarik tubuhnya dariku dan tersenyum. Dia juga mencium keningku lagi.

“Iya dong sayang, Winnie itu temannya Malia sekarang. Itu untuk Malia, bukan untuk Bunda.” Jelas Bunda. Membuatku tersenyum lebar bahagia.

“Malia juga janji akan membatalkan balas dendam sama Bunda.” Janjiku kepada Bunda yang kebingungan dengan penjelasanku.

“Loh kok balas dendam? Salah Bunda apa?” Tanya Bunda kebingungan.

“Ya kan Bunda bohong terus, katanya kalau aku dapat nilai sepuluh akan dibelikan boneka, tapi setiap kali ulangan aku selalu dapat nilai sepuluh tapi Bunda baru belikan aku boneka sekarang.” Jelasku lagi, panjang dan lebar, yang mana tanpa dapat kupahami, membuat mata Bunda berkaca-kaca lagi.

“Tapi Bunda janji jangan nangis lagi! Malia ga suka lihat Bunda nangis!” Perintahku sambil mengusap air mata Bunda.

Bunda kembali mencium keningku dan memelukku.

Duh, Bunda memang suka sekali memeluk! Ya sudahlah aku peluk kembali saja daripada Bunda menangis lagi.

Jadi sekarang rencanaku berubah. Aku akan membalas dendam Bunda dengan memeluknya tiga kali sehari. Biar dia tidak menangis dan sedih lagi.

(Dan ternyata aku pun suka sekali memeluk Bunda!)

#30DWC #30DWCJilid25 #Day23 #TemaDendam

Categories: 30DWC

Tagged as:

dewimayangsari

Hello - I love writing random stuff from fiction to mental health to relationship to productivity to travel stories. Hope you can enjoy my writings! :)

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: